Masa liburan panjang bisa menjadi kesempatan bagi sekolah untuk
menyiapkan ruang kelas guna menyambut tahun ajaran baru. Salah satu
fasilitas ruang kelas yang penting adalah ventilasi.
Hasil penelitian Lawrence
Berkeley National Laboratory (Berkeley Lab) yang diterbitkan baru-baru
ini mengungkapkan, menambah jumlah ventilasi di kelas sehingga udara
segar bisa masuk, terbukti meningkatkan kesehatan siswa.
Dengan menganalisis data fasilitas ventilasi di lebih dari 150 ruang
kelas di California selama 2 tahun, tim peneliti menyimpulkan, menambah
fasilitas ventilasi sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh
pemerintah, mampu mengurangi jumlah siswa yang ijin karena sakit hingga
3,4%.
Manfaat ekonomi dari berkurangnya jumlah siswa yang sakit ini mencapai
$33 juta per tahun bagi sekolah dan $80 juta per tahun bagi keluarga
melalui penghematan biaya perawatan anak. Sekolah juga bisa memerlambat
kenaikan biaya energi sehingga kenaikan biaya yang ditanggung oleh
sekolah hanya akan naik $4 juta per tahun.
“Temuan kami menunjukkan, jika kita meningkatkan jumlah ventilasi dalam
kelas sesuai atau melampaui standar pemerintah, sekolah, keluarga dan
semua orang akan memeroleh manfaat dengan biaya yang terjangkau,” ujar
Mark Mendell, ilmuwan dari Berkeley Lab. “Semuanya beruntung.”
Penelitian mengenai manfaat ventilasi di ruang kelas ini adalah
penelitian terbesar yang pernah dilakukan di Amerika Serikat. Tim dari
Berkeley Lab mengumpulkan data dari 162 ruang kelas 3, 4, dan 5 sekolah
dasar di 28 sekolah di 3 distrik di negara bagian California.
Mereka menemukan, lebih dari separuh ruang kelas yang diteliti tidak
memenuhi standar ventilasi yang telah ditetapkan oleh negara bagian.
Aturan di California mengharuskan sekolah menyediakan ventilasi dengan
tingkat sirkulasi udara mencapai 7,1 liter per detik per siswa.
Standar ini sama dengan standar di ruangan kantor dan pusat perbelanjaan
sesuai dengan kepadatan (jumlah penghuni) di masing-masing ruang.
Ventilasi ini bisa dipenuhi dengan dua cara yaitu ventilasi alami
melalui fasilitas jendela atau ventilasi mekanis dengan memanfaatkan
sistem kipas angin.
Ketersediaan udara bersih di dalam kelas dihitung melalui konsentrasi
emisi CO2 di dalam dan luar ruangan. "CO2 bisa menjadi alat pelacak
karena setiap penghuni kelas (siswa atau guru) menghasilkan emisi CO2.
Dengan menghitung konsentrasi emisi CO2 ini kita bisa mengetahui tingkat
ventilasi dalam kelas," ujar Mendell. Tim peneliti lalu mengaitkan data
ini dengan jumlah siswa yang ijin karena sakit di setiap kelas.
Hasilnya, semakin banyak sirkulasi udara segar di dalam kelas, siswa
akan semakin sehat.
sumber : http://www.industri22aguspurwanto.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar